Maret 12, 2015

Menaklukan Bukit Jalin Jantho

on the top of Bukit Jalin
Bukit Jalin Jantho, Aceh Besar? Mungkin tempat ini hampir mainstream di kalangan anak gaul muda Banda Aceh  hahahaha. Kita awak Aceh bersaing untuk dapat mengambil photo dengan latar panorama pegunungan di jantho (yg nggak tinggal di Aceh dilarang untuk iri hahaha). Mainstream kah? Aku rasa masih hampir, kenapa? Karena untuk mencapai puncak bukit yang terletak 600 meter dibawah permukaan laut tersebut kita harus mendaki selama 1,5 jam (jangan ditanya gimana rasanya ketika matahari terasa diatas kepala). Masih mau lanjut ceritanya? Yuks baca lagi .....

Main Fisik......syalalalala
Bukan berarti aku mau mengdiskriminasi disini lho gaess, tapi sebelum berniat mendaki bukit sejuta umat ini kalian para calon petarung harus bahkan wajib punya stamina dan fisik yang cukup memenuhi syarat. Cukup fit dan berat badan tidak berlebihan (so sorry), aku pribadi saranin untuk tidak memaksakan diri. Jika memiliki penyakit asma dan sebagainya aku harap untuk tidak melanjutkan perjalannya hingga ke puncak. Maaf jika agak menyinggung :(

Sebelum mendaki persiapkan tenaga yang cukup. Ingat yang cukup ya gaees, jangan lebih dari cukup karena dapat menambah beban (perut maksudnya, menyebabkan mual hingga muntah) diperjalanan.

Perkakas....
Sebelum kita bahas perkakas, lebih utama aku sarankan untuk pergi pada pagi hari. Kenapa? Karena mengantisipasi cuaca yang ekstrem terlalu terik maupun berpotensi hujan jika terlalu kesorean.

Lanjuuut perkakas!! Nah, ini yang penting. Bawa properti untuk berphoto ria dipuncak bukit jalin nantinya (ala ala anak gaul #instagram such as topi, kacamata, payung warna warni dan apalah apalah) tapi ingat jgn berlebihan beban sehingga membebani perjalanan panjang anda (1,5 jam atau 90 menit atau 5400 detik). Aku ulangi ya, naik gunung! Bukan sembarangan perjalanan lho hihihi...

Dahaga dan air air air....
Capek? (Yuk nyanyiii "lambaikan tangan ke kamera mungkin ku tak sanggup lagiii lalalala") gk capek cuma kaki aja mau copot. Jangan lupa bawa air minum yang cukup! Cukup untuk naik ke puncak dan cukup untuk perjalanan turun dari puncak.

Kaki kaki yang hampir menyerah mencapai puncak Bukit Jalin
Go on to the next part....
Ketika sampai area memasuki bukit jalin, kita akan melewati sebuah jembatan yang kemudian mendaki bukit kecil dengan bantuan tali (kayak outbond) untuk sampai kebeberapa titik pendakian. Di titik pertama ini aku dan tim menyebutnya post 1 dan post 2. Lalu mulai terdengar keputus asaan ketika memandang gunung yang sebenar-benarnya harus kita daki hahahaha

Don't give up.....!
 
Semangat dan terus berjalan pelan pelan. Bukan aku gk ngeluh, bahkan mungkin ribuan kali terucap kata menyerah (memang gk mudah mau eksis di instagram) berdendang ditelinga kami. Ini demi martabat sebagai pemuda Aceh pengguna aktif instagram......

Kemudahan yang kita temukan ialah disediakannya tangga tangga kecil dibukit tersebut hingga membimbing perjalanan kita 'reach to the top'. Dan ketika berada di puncak jalin yang sebenar benarnya, kalian akan haru biru dan sangat bahagia sehingga lupa akan kaki yang hampir copot tadi (luar biasaaah). 

Penyesalan...tiada arti

Untuk melakukan perjalan ke bukit jalin ini mungkin tidak akan dua kali. Makanya, jangan pernah menyerah untuk sampai dan terus berusaha ke puncak. Kalian tidak akan pernah menyesal karena telah menebus keindahan alam jantho dengan keramnya otot otot selama perjalanan. 

Selamat mendaki wahai fighters, peace love and gaul ^_^  



Mei 22, 2014

Bermalam di Pulau Bunta

Pulau Bunta, Aceh Besar (dok. pribadi)
Ada yang bisa tebak ini dimana? ....................
atau mungkin rakan pernah ke tempat yang terdapat di photo ini? Tunjuk tangan! hihihi....
Bukan bukan... ini bukan Maldives ya rakan. Tapi, ini adalah pulau Bunta, Aceh Besar.

"Pulau? pasti menyebrang lautan dong? gak seram? terus naik apa kesana?", 
pasti deh udah pada kepo kan pingin tahu hahahaha.................

Jadi, ini adalah pulau yang terletak di Peukan Bada, Aceh Besar.
Untuk sampai ke pulau yang hanya terdapat sekitar 5 keluarga saja tersebut kita harus naik kapal nelayan selama satu jam dari Ujung Pancu Desa Lamteh, Ule lheue. Bukan hanya itu, selama perjalanan kita juga disajikan oleh keindahan alam laut lepas Samudera Hindia dan melewati beberapa pulau pribadi seperti pulau Batu, pulau Nasi, dan Pulau Breueh.

Malam hari di Bunta (dok.iloveaceh)




 Tahu gak rakan, berada di Pulau Bunta ini waktu akan terasa sangat cepat berlalu, sudah pasti karena pemandangan dan hamparan pasir putih serta suara deru ombak yang berlarian di tepi pantai.

Malam hari pulau Bunta tersa sangat menyenagkan. kita dapat menikmati angin pantai dan tidur diatas pasir tanpa perlu khawatir digigit nyamuk, THERE IS NO nyamuk di pulau yang konon menilik sejarah adalah tempat pengasingan penderita kusta ini. Masih kurang menarik? saya masih punya rahasia perihal panorama pulau ini.

Puncak tebing di pulau Bunta (dok.iloveaceh)

"Terus ini dimana?"
Ini masih di Pulau Bunta kok Rakan! untuk bisa berphoto di puncak tebing ini, 
kita harus berjalan kaki sejauh 2 kilometer atau sekitar 1 jam berjalan di jalan setapak pinggiran tebing menuju arah Mercusuar.

Memang akan terasa sangat lelah, namun pemandangan yang sangat mempesona akan membuat rakan lupa akan perjuangan yang menguras keringat tersebut.

Penasaran??????........ langsung saja mencobanya sendiri ya rakan. 
#VisitAceh 2014